Kamis, 23 Juni 2016

Realita Generasi Alpha yang "Memaksa"

Media beberapa hari yang lalu mengabarkan aksi demo yang dilakukan oleh sejumlah karyawan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Mereka menuntut sistem remunerasi dikembalikan ke sistem yang dulu yakni sistem tunjangan kinerja (tukin). Kebijakan tersebut dirasa memiliki sejumlah kejanggalan jika dibanding sistem tukin. Namun aksi demo yang dilakukan oleh para karyawan disayangkan dan mendapat klarifikasi oleh rektor  UINSA tandasnya demi kesejahteraan karyawan. Selain itu, sistem ini diberlakukan untuk menyesuaikan pembayaran tunjagan karyawan sengan detail pekerjaan yang telah dilakukan.
Di sisi lain, UINSA juga mengalami beberapa perubahan yang cukup signifikan, sejak beralih status Institut ke Universitas. Tidak hanya dari segi gedung, sarana prasarana yang lain juga mengalami pembenahan.Walaupun perubahan itu belum dialami secara merata oleh seluruh fakultas.
Misalnya fakultas yang benar-benar mengalami perubahan drastis secara sarana prasana adalah Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah. Dua fakultas tersebut juga memiliki “keistimewaan” yang belum terdapat di fakultas lain. Fasilitas yang ada diantaranya gedung dan pelayanan yang baru , jaringan internet gratis (wifi) untuk umum di ruang lobby serta suasananyalebih nyaman . Di sebagian fakultas, fasilitas tersebut tidak se istimewa itu walaupun sudah beralih ke Universitas.
Memang sekarang zaman sudah serba instan. Kebutuhan akan sesuatu yang serba cepat dan efisien menuntut masyarakat khususnya warga kampus ketika menggunakan internet. Fasilitas wi-fi sangat dibutuhkan bagi para mahasiswa secara khusus untuk menyelesaikan tugas. Jika dikaitkan dengan teori generasi, era sekarang ini adalah Generasi Alpha. Dimana di era generasi Alpha teknologi sangat diperlakukan seperti “dewa”.
Bagaimana tidak demikian, karena realitanya warga kampus  yang mayoritas warga dari generasi Baby Boomers ,Generasi X dan Y harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Mau tidak mau, seluruh warga kampus harus menggunakan segala sistem yang berbasis elektronik yang sudah semakin berubah satu persatu. Selain fasilitas wi-fi gratis juga misalnya digital library (digilib) yang melayani di bidang referensi literatur bagi para mahasiswa.     



UIN SUNAN AMPEL GELAR TES UM PTKIN

UM-PTKIN Newsroom, Selasa (14/6/2016); Tes Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) resmi digelar hari ini, Selasa, 14 Juni 2016 sampai Rabu, 15 Juni 2016. Kegiatan yang secara serentak dilaksanakan di 55 PTKIN seluruh Indonesia tersebut digelar mulai pukul 07.00-11.00 WIB pada hari pertama dan pukul 07.30 WIB-09.45 pada hari kedua. Tes tersebut dilaksanakan dalam lima sesi, tiga sesi di hari pertama dan dua sesi di hari kedua. Namun khusus untuk hari kedua, kelompok tes IPA dan IPS hanya terdapat satu sesi tes.
Secara nasional, total seluruh pendaftar untuk UM PTKIN sebanyak 79.768 calon mahasiswa baru (Camaba). Jumlah tersebut terbagi atas kategori pendaftar, yakni 5.272 kelompok IPA, 60.361 kelompok IPS, dan 12.876 kelompok campuran (IPC). Selanjutnya dalam proses verifikasi terdapat 78.509 pendaftar yang melakukan pengisian data. Sementara 1.259 pendaftar lainnya tidak melakukan proses verifikasi.
Di Jatim, terdapat tujuh titik lokasi yang menggelar tes UM PTKIN. Diantaranya, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, IAIN Jember, STAIN Pamekasan, STAIN Kediri, IAIN Tulungagung, dan STAIN Ponorogo. Dari tujuh Perguruan Tinggi yang menggelar tes di Jatim, UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan salah satu yang terbanyak ditempati peserta tes sejumlah 4.467 peserta.
Drs. H. Rijalul Faqih, M.Si, Sekretaris Panitia Lokasi (Panlok) 30 UIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan, Jumlah ini meningkat tajam dibanding tes serupa pada tahun lalu, yang hanya ditempati sekitar 1.800 peserta. Jumlah ini juga jauh lebih banyak dibanding enam PTKIN lain di Jatim. UIN Malang misalnya, hanya ditempati 1.843 peserta, IAIN Jember 1.467 peserta, STAIN Pamekasan 1.708 peserta, STAIN Kediri 872 peserta, IAIN Tulungagung 1.458 peserta, dan STAIN Ponorogo 800 peserta.
Peningkatan signifikan tidak hanya terjadi pada jumlah peserta yang mengikuti tes di UIN  Sunan Ampel Surabaya. Jumlah peminat yang mengambil jurusan/prodi di UIN Sunan Ampel Surabaya pun meningkat. Dibanding tahun lalu, yang hanya sekitar 4.376 peminat meningkat hampir dua kali lipat, yaitu sejumlah 7.921 peminat. “Jumlah ini berdasarkan rekapiltulasi data peserta tes seluruh Indonesia, dan Alhamdulillah semua jurusan/prodi yang kami tawarkan terisi” tutur Drs. Rijal.
Lebih lanjut Drs. Rijal menjelaskan, khusus untuk UIN Sunan Ampel Surabaya terdapat 25 jurusan/prodi yang ditawarkan dalam tes masuk PTKIN kali ini. Dari jumlah tersebut Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam masih menjadi pilihan terfavorit Camaba sebanyak 1.681 peminat. Disusul Jurusan Pendidikan Agama Islam (1.194 peminat), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (747 peminat) dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Terkait jumlah peminat khususnya untuk Jurusan/Prodi keagamaan, Prof. Dr. Kamarudin Amin, MA., Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI (Dirjen Pendis Kemenag RI) didampingi Dr. Muhammad Zain, S.Ag, M.Ag, Kasubdit Pengembangan Akademik Diktis Ditjen Pendis dalam kunjungan di UIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan, peminat PTKI terbukti semakin melejit. Setiap tahunnya peminat terus bertambah hingga di luar dugaan. Tahun 2016 misalnya, peminat 55 PTKIN seluruh Indonesia menyentuh angka 129.741 pendaftar pada Jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional PTKIN (SPAN PTKIN). Sementara kuota yang disiapkan hanya 57.669 kursi.
Hal yang sama terjadi pada jalur UM PTKIN. Pendaftar awal sebanyak 79.870 orang, dan yang mengikuti ujian sebanyak 78.509 pendaftar. Dari jumlah tersebut, total kuota yang disediakan hanya 35.006 kursi. “Jadi total pendaftar yang tidak bisa diterima di PTKIN untuk dua jalur pendaftaran sekitar 116.936 calon mahasiswa,” terang Dr. Zain.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Kamarudin Amin secara khusus menampik anggapan bahwa kehadiran prodi umum membongsai prodi agama. Khususnya bagi PT yang telah beralih status dari IAIN ke UIN. Peningkatan jumlah peminat prodi keagamaan menjadi bukti bahwa transformasi sama sekali tidak mempengaruhi minat camaba pada jurusan/prodi agama. Hanya saja, Prof Kamarudin juga menegaskan, bahwa upaya peningkatan kualitas jurusan/prodi agama tetap terus diupayakan. “Kebijakan kita jelas, satu sekalipun peminat prodi agama akan tetap kita pertahankan,” tegas Prof Kamarudin.
Disamping itu, Terkait teknis pelaksanaan di UIN Sunan Ampel Surabaya Drs. Rijal mengaku telah melakukan koordinasi dengan setiap petugas di lapangan. Sebanyak 348 petugas dipersiapkan guna melancarkan proses pelaksanaan tes. Petugas tersebut terbagi menjadi 6 orang selaku Koordinator Lokasi, 6 orang Penanggung Jawab Lapangan (PJL), 6 orang pembantu PJL, 206 orang pengawas, dan 124 orang Penanggung Jawab Ruang (PJR). Seluruh petugas tersebut tersebar di enam titik lokasi tes di UIN Sunan Ampel Surabaya. Diantara di Fakultas Syariah dan Hukum, Ushuluddin dan Filsafat, Adab dan Humaniora, Dakwah dan Komunikasi, Tarbiyah dan Keguruan, serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Sedangkan guna antisipasi ditemuinya peserta tes difabel, Drs. Rijal secara khusus meminta kepada masing-masing PJL untuk menyediakan ruangan khusus dari lokasi pelaksanaan tes. Kendati hingga hari pelaksanaan belum terdapat laporan akan adanya peserta difabel. “Pada identitas peserta yang kami terima memang tidak terdekteksi adanya peserta difabel. Namun kami sudah mengkoordinasikan dengan petugas di lapangan agar mengantisipasi hal itu. Salah satunya dengan menyediakan ruangan terdekat yang mudah diakses peserta difabel. Tentunya juga yang tidak menyulitkan petugas dalam pengumpulan naskah dan lain-lain,” tutur Drs. Rijal. (Nur/Humas PTKIN).

sumber : uinsby.ac.id

REVOLUSI MENTAL, REDUKSI PERILAKU MENYIMPANG

UINSA Newsroom, Selasa (7/6/2016); Pendidikan Indonesia terus menjadi perbincangan hangat di tengah santernya perilaku menyimpang kaum intelektual tinggi. Tak hanya kalangan pelajar, perilaku asusila kini telah merambah ke tenaga pengajar. Aktivitas tawuran, kriminal dan narkoba kian menghunjam ke akhlak generasi muda. Termasuk perilaku korupsi yang memborok diantara para pejabat negara.
Sengitnya fenomena tersebut memantik minat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kependidikan Islam (KI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menyelenggarakan Seminar Nasional bertema Revolusi Mental Pendidikan: Menyidik Implementasi Pendidikan melalui Para Pelaku Pendidikan. Tujuannya tak lain, guna menggali lebih dalam penyebab terjadinya fenomena dekadensi moral kaum terpelajar serta upaya apa yang bisa dilakukan dalam memperbaiki pendidikan Indonesia. Seminar yang diadakan di Gedung Sport Center and Multi Pourpose, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya pada Kamis, 2 Juni 2016, Pukul 09.00-12.00 tersebut dihadiri mahasiswa dari berbagai kampus di wilayah Jawa Timur.
Haryo Agus Pujianto Ketua Panitia Seminar dalam sambutannya menyampaikan, beberapa fenomena menyimpang yang sedang gencar terjadi dalam masyarakat dan kegelisahannya terhadap pendidikan Indonesia, “Banyak sekali keberadaan kaum intelektual tetapi rendah moral. Berlimpah orang pintar, namun menjalankan korupsi. Tidak sedikit guru pendidik yang melakukan tindakan asusila. Apakah yang salah dari pendidikan Indonesia ini? Kesalahan sistemnya atau apa?” tuturnya penuh tanya.
Menanggapi hal itu, Brian Maislatul, Ketua HMJ KI mengungkapkan harapannya agar seminar yang telah dilaksanakan tersebut dapat memberikan manfaat untuk semua peserta. Khususnya Mahasiswa FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, “Semoga kita dapat menambah wawasan sebagai calon pendidik, agar bisa menjadi pendidik yang lebih baik lagi kedepannya,” ucapnya.
Tak ketinggalan, Dr. H. Saiful Jazil, M.Ag, Wakil Dekan Bidang Akademik FTK menyampaikan rasa syukur, apresiasi dan bangga atas terselenggaranya Seminar Nasional tersebut. Beliau juga mengungkapkan rasa prihatin atas merosotnya moral pendidik. Menurutnya, pendidikan di Indonesia perlu direvolusi. Karena di tangan pendidiklah para penerus bangsa ini terlahir, "Kita sebagai mahasiswa (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, red) adalah calon  pendidik, jangan lupa untuk mendoakan murid-murid kita, agar mereka menjadi anak yang sholeh, ilmunya bermanfaat dan barokah," tutur Dr H. Saiful Jazil.
Sementara itu, beberapa narasumber yang secara khusus diaundang dalam seminar tersebut diantaranya Prof. Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA (Mendikbud 2009-2014), Drs. Mahfudh Shodar, M.Ag (Kepala Kemenag Kanwil Jatim), Dr. Syaiful Rahman, MM. M.Pd (Kepala Kemendiknas Jatim) dan Dr. Hj. Hanun Asroha, M.Ag (Ketua Madrasah Development Center Jatim). Namun dikarenakan Prof. Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA, Drs. Mahfudh Shodar, M.Ag, dan Dr. Syaiful Rahman, MM. M.Pd sedang berhalangan, kehadiran diwakilkan Drs. Mas'ud, M.Pd.I (Kabid PAIS Kanwil Prov. Jatim) dan Drs. H. Zainal Arifin, M.Pd (Kepala UPT SMANOR Dindik Prov. Jatim).
Kemerduan suara dari Grup Paduan Suara FTK yang pernah meraih Juara 2 Lomba Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya membuka sesi acara. Dilanjutkan paparan dari narasumber yang pertama, Drs. Mas'ud, M.Pd.I. Dalam paparannya beliau menjelaskan, salah satu faktor penyebab penyimpangan perilaku kian marak di kalangan masyarakat terdidik ialah jauhnya jiwa manusia dari Allah SWT, khususnya kitab suci Al-Qur’an.
Drs. Mas'ud juga menyampaikan terkait program baru yang merupakan Gerakan Revolusi Mental. Dimana siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diharuskan dapat membaca Al-Qur'an. Serta 10% dari siswa SD, SMP dan SMA harus memiliki hafalan minimal satu juz Al-Qur'an, "Semua itu sebagai upaya agar otak anak-anak kita terisi dengan Al-Qur'an, sehingga perilaku mereka juga turut mencerminkan Al-Qur'an," ucapnya.
Tak lupa, beliau juga menyampaikan pengakuannya bahwa pendidikan yang belum tertandingi oleh sekolah adalah pesantren, “Karena dalam pesantren, Kyai langsung turun tangan menangani para santrinya, maka dari itu banyak sekali lulusan pesantren yang menjadi tokoh-tokoh nasional,” imbuhnya.
Sedangkan Drs. Zainal Arifin, M.Pd. menyampaikan, bahwa kejujuran merupakan bagian dari mental manusia. “Bagaimana cara mengukur mental? Apakah nilai yang ada di raport sesuai dengan kemampuanmu? Ujian Nasional tidak pernah bisa mengukur mental kita. Lalu, yang bisa mengukur mental kita siapa? Silahkan dijawab dalam hati kalian masing-masing,” ujar Drs. Zainal sembari berdialog dengan peserta.
Hakikat pendidikan, menurut Drs Zainal, adalah merubah potensi kompetensi manusia secara maksimal. Tiga hal yang mengalami perubahan dalam hai ini adalah Revolution of Science (merubah pola pikir), Revolution of Attitude (merubah sikap) dan Revolution of Behaviour (merubah perilaku), “Kita tidak usah jauh-jauh berbicara revolusi mental, hakikatnya adalah bahwa pendidikan itu merubah mental,” sambungnya.
Dalam kesempatan terakhir paparan, Dr. Hj. Hanun Asroha, M.Ag menyampaikan, Pendidikan Agama Islam merupakan sesuatu yang vital bagi revolusi mental di Indonesia. “Politik, budaya, hukum, dan hedonisme menjadi faktor krisis moral bisa terjadi,” tutur Dr. Hj. Hanun.
Di akhir, beliau juga mengingatkan, revolusi mental bukan semata-mata tanggung jawab Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Melainkan juga tanggung jawab semua masyarakat, termasuk seluruh menteri yang ada di Indonesia, “Untuk kebaikan, semua guru harus ikut andil. Namun, jika untuk merusak, hanya perlu satu guru (yang tidak berkompeten, red),” pungkasnya. (Rag/Humas)

sumber : uinsby.ac.id

Membangun Budaya Menulis Mahasiswa

UINSA Newsroom, Selasa (7/6/2016); Menulis selayaknya bukan lagi hal yang asing bagi kalangan akademisi, tak terkecuali mahasiswa. Namun menghidupkan budaya literasi itu sebagai sebuah kebiasaan nyatanya masih menjadi kendala. Tak sedikit mahasiswa yang justru gusar menghadapi tugas akademisi yang mengharuskan mereka bergelut dengan kata. Seperti halnya membuat makalah, paper, hingga skripsi.
Menanggapi hal itu, Komunitas Studi Ekonomi Islam yang tergabung dalam Sharia Economic Studies Center (SEDiC) Sunan Ampel bekerja sama dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (Dema FSH) mengadakan sebuah acara bertajuk “To Improve Islamic Economy Through Paper ResearchBertempat di Aula FSH gedung A.3 lantai empat, acara tersebut dihadiri sekitar 60 peserta yang terdiri dari mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya semester II hingga VI. Acara yang diselenggarakan pada akhir pekan, Sabtu, 4 Mei 2016 tersebut menghadirkan dua pembicara. Yaitu Nur Hayati, S.I.Kom, Pemimpin Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas Demisioner (2012) UIN Sunan Ampel Surabaya dan Mhd. Handika Surbakti, Founder Young Islamic Economist Association (YIEA).
Nur Hayati dalam kesempatan awal paparannya mengaku terkejut diminta mengisi acara  tersebut. Terutama ketika secara resmi mendapat undangan kegiatan yang salah satu penyelenggaranya adalah Dema FSH. “Kegiatan dengan tema serupa akan biasa jika diadakan, LPM misalnya. Karena itu sudah menjadi bagian dari passion kegiatan mereka. Tapi budaya literer dikawal organisasi pergerakan, itu adalah hal yang excited bagi saya,” ujar Nur Hayati mengapresiasi.
Nur Hayati yang juga pernah menggeluti prosesi sebagai Wartawan Majalah Derap Desa tersebut berbagi pengalaman terkait teknik kepenulisan. Seperti pengenalan jenis-jenis karya tulis ilmiah hingga berbagai trik memulai kepenulisan. Nur Hayati menjelaskan, menulis pada dasarnya bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Apalagi bagi kalangan akademisi seperti halnya mahasiswa. “Satu hal yang harus kita ketahui, menulis itu bukan bakat tapi keahlian yang bisa dilatih. Tidak ada orang yang terlahir sebagai penulis. Siapapun bisa menjadi penulis atau minimal bisa menulis, tinggal apakah kita punya kemauan untuk itu atau tidak,” ujar Nur Hayati memberi motivasi.
Mhd. Handika Surbakti dalam kesempatan selanjutnya, banyak membahas terkait tema-tema menarik di bidang ekonomi syariah. Tema-tema tersebut, menurut Handika, masih cukup menarik sebagai bahan kajian yang juga bisa menjadi inspirasi dalam pembuatan makalah ataupun skripsi. Pria berambut keriting yang juga merupakan salah satu senior di FSH tersebut juga berbagi motivasi kepada peserta yang hadir. “Ada banyak tema menarik yang bisa diangkat dalam pembuatan paper. Bahkan beberapa universitas ternama juga menyediakan program dalam pendidikan Ekonomi Syariah dan berbasis beasiswa. Jadi jangan pernah pantang menyerah dalam menjalankan kuliah,” pesan Handika sembari menunjukkan beberapa foto kegiatannya ketika di delegasikan ke luar negeri.
Terkait penyelenggaraan acara, Fatoni, Ketua Dema FSH berharap, kedepan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya mahasiswa FSH akan lebih memahami bagaimana proses pembuatan paper yang baik dan benar. Termasuk tumbuhnya budaya kepenulisan di kalangan mahasiswa dan civitas akademika UIN Sunan Ampel pada umumnya. Dalam kesempatan yang sama, Reza Maulana, mahasiswa semester 6 yang merupakan salah satu peserta acara Paper Workshop tersebut mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Kendati diadakan di akhir pekan dan menjelang Bulan Puasa Ramadhan. Dimana sebagian besar mahasiswa seringkali memilih mudik.
“Saya berharap dengan terselenggaranya acara ini mampu menggenjot semangat mahasiswa dalam menulis. Acara-acara seperti ini seharusnya dapat terselenggara dengan konsisten agar mampu menciptakan bibit-bibit mahasiswa yang cinta dan mau bergelut dengan dunia kepenulisan” pungkasnya. (Rubeth/HES)

sumber : uinsby.ac.id

PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL

UINSA Newsroom, Jumat (3/6/2016); Demam jual beli online saat ini telah merambah semua kalangan. Mengingat mudahnya akses internet serta banyaknya pengguna media sosial (medsos) menjadi lahan yang menggiurkan bagi usaha yang dinilai minim modal tersebut. Namun, tingkat kepercayaan publik terhadap jual beli online juga perlu mendapat perhatian. Berdasar pada pemikiran inilah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar Seminar Komunikasi bertajuk ‘Digital Marketing : Personal Branding Throught Social Media’. Bekerjasama dengan Marketers Campus Club, divisi media dari Markplus Inc. dan Event Surabaya, acara ini digelar di Gedung Self Acces Centre (SAC) UIN Sunan Ampel Surabaya, Kamis, 2 Mei 2016. Acara yang berlangsung mulai pukul 12.00-15.00 ini dihadiri mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya-Sidoarjo, juga beberapa kalangan masyarakat umum.
Dibuka dengan penampilan dari Save Street Child Surabaya yang membawakan lagu-lagu bertemakan kehidupan sosial anak jalanan menjadikan suasana sempat mengharu biru. Namun hal itu tidak berlangsung lama ketika pemateri Ferdy Herdi Hartanto, Client Engagement Consultant (CEC) Markpulus Inc. mengambil alih forum. Suasana menjadi semakin hidup dengan adanya interaksi bersama para peserta seminar dan pembagian Majalah Marketers.
Dr. H. Hammis Syafaq, M.Fil.I, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan FEBI dalam sambutan pembuka menyampaikan ucapan terima kasih atas kerja keras panitia hingga acara tersebut bisa berlangsung. Beliau menilai, kegiatan tersebut sangat penting guna pengembangan kompetensi mahasiswa. Terutama di era digital seperti saat ini, dimana setiap lini kehidupan manusia hampir selalu terkait dengan koneksi internet.
Terkait Digital Marketing, Dr. Hammis mengatakan, kendati internet telah menjadi keseharian masyarakat namun kemampuan untuk bisa memaksimalkan fungsi tersebut belum dimiliki semua orang. Sehingga, beliau berharap dengan adanya seminar tersebut semakin banyak orang yang tertarik untuk bisa melakukan dan mengambil manfaatnya.
“Media menjadi sangat penting peranannya saat ini. Tidak saja dalam hal marketing, melalui media kita bisa mengetahui apapun yang sebelumnya tidak kita ketahui. Bahkan sesuatu yang belum tentu benar bisa menjadi kesepakatan umum hanya karena media. Semoga dengan acara ini, kita semua menjadi semakin bijak dalam menggunakan media dan kita semua dapat menangkap inti positif dari acara ini,” tutur Dr. Hammis.
Sementara itu, Pemateri Ferdy membuka penuturannya dengan menunjukkan data terkait tren pengguna internet yang terus naik sejak tahun 2010. Beberapa bahkan menggunakan internet lebih dari tiga jam dalam sehari, atau yang biasa disebut sebagai netizen. Dalam hal ini, Ferdy menyebutkan beberapa hal yang kerap dibagikan seseorang dalam akun pribadinya, seperti kehidupan pribadi, apa yang mereka makan, hingga kebersamaan bersama keluarga.
Beberapa medsos yang paling digandrungi saat ini, menurut Fredy, diantaranya Facebook, Twitter, Instagram, dan Path. Data cukup menarik yang disampaikan Ferdy, bahwa umumnya masyarakat mulai kecanduan medsos pada usia 15-29 tahun.
“Pertanyaan selanjutnya, umumnya seseorang yang aktif di medsos itu ingin terlihat bagaimana sih?” Tanya Ferdy kepada peserta. Senada dengan yang diungkap peserta, Ferdy sepakat bahwa sedikitnya ada tiga alasan, yaitu keinginan untuk bisa dikenal (Popular), nampak lucu (Funny), hingga ingin terlihat bijak (wise). “Bagaimana seseorang ingin terlihat di mata orang lain inilah yang kita sebut sebagai Personal Branding,” imbuh Ferdy.
Lebih lanjut Ferdy menjelaskan, sesorang dengan Personal Branding yang kuat akan memiliki banyak sekali keuntungan. Beliau mencontohkan salah seorang Fashion Blogger, Diana Rikasari yang suskses menjadi brand ambassador dari Fimela.com setelah dirinya secara aktif memposting ketertarikannya pada fashion di blog pribadinya. “Tidak hanya untung secara materi, dia juga menginspirasi banyak pihak,” tutur Ferdy di sela paparannya.
Lantas bagaimana menciptakan Persoanal Branding?, Ferdy menyebut, ada tiga konsep sederhana yang dirumuskannya menjadi PDB (Positioning, Differentiations, Branding)Positioning adalah konsep sederhana bagaimana seseorang ingin terlihat bagi orang lain. Positioning menjadi semacam janji yang harus ditepati untuk mewujudkan brand diri yang diinginkan.
Sedangkan Differentiations merupakan cara yang harus ditempuh untuk menciptakan brand. Pada tahap ini seseorang harus tahu nilai khas yang dimiliki dirinya untuk menjadi berbeda dengan kebanyakan. Positioning yang sama bisa jadi dimiliki banyak orang, namun dengan adanya Differentiations, seseorang akan memiliki keistimewaannya sendiri.
Terakhir, Branding atau citra diri seseorang. Citra ini terbentuk melalui proses yang panjang dan konstan. Sehingga itulah alasan yang disampaikan Ferdy, kenapa seseorang perlu memikirkan dengan matang bagaimana dia bersikap di medsos sekalipun agar citra yang terbentuk di benak masyarakat sesuai dengan harapan. “Banyak hal yang kita lakukan bisa berkontribusi membentuk citra diri. Mulai dari bergabung dengan komunitas tertentu, melalui blog pribadi, meminta saran dari orang lain, menemukan teman yang tepat, mengekspose kelebihan yang dimiliki, dan terakhir, tetap konsisten dengan citra yang kita bangun sejak awal,” terangnya.
Its hard to erase all digital footprint you have share. So, be wise,” pesan Ferdy memungkasi. (Nur/Humas)

sumber : uinsby.ac.id

Motivasi Menulis dari Tere Liye

UINSA Newsroom, Kamis (02/06/2016); Menjadi seorang penulis merupakan impian bagi banyak orang, tidak terkecuali bagi kawula muda. Di pertengahan millenium ketiga seperti saat ini, semakin banyak penulis baru yang muncul di permukaan publik. Hal ini menjadi suntikan semangat tersendiri bagi para pemuda untuk mengikuti jejak para penulis pendahulunya. Namun, tidak sedikit dari mereka yang merasa kesulitan menemukan motivasi dan tema untuk dituangkan dalam tulisannya. Hal itu menarik minat English Department Student Association (EDSA) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, menyelenggarakan seminar inspiratif mengenai dunia kepenulisan dengan Tere Liye sebagai pembicara. Seminar tersebut diadakan di Auditorium, UINSA, Senin, 30 Mei 2016 dan diikuti mahasiswa antar Fakultas UINSA.
Dr. H. Imam Ghazali dalam sambutannya menyampaikan, bahwa untuk menghasilkan karya tulis, seseorang harus berani dan tidak perlu merasa takut, "Berbuat, berkarya dan jangan takut. Kalau salah, akan ada yang meluruskan. Kalau tidak berbuat, malah tidak akan terjadi apa-apa," tutur Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) tersebut.
Lebih lanjut disampaikan Adhan Prambudi, Ketua EDSA, bahwa menulis dan membaca merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Melalui seminar inspiratif ini, diharapkan minat menulis para peserta akan mengalami pertumbuhan. Ketika minat menulis para generasi muda bertambah, akan berpengaruh juga terhadap minat membacanya, "Saya ingin menumbuhkan minat membaca, agar generasi muda berikutnya menjadi generasi yang lebih baik lagi," tegas Mahasiswa Semester 6 Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) tersebut.
Motivasi menulis memang rentan sekali mengalami anomali. Sehingga sangat berpengaruh terhadap kegiatan konkrit menulis. Dari kesulitan tersebut, Tere Liye pun memberikan resep ampuh untuk mengatasinya, "Menulis dengan tulus itu lebih penting ketimbang menulis dengan alasan-alasan lain," tegas pria kelahiran Sumatera tersebut.
Karena jika motivasi menulis adalah ketulusan hati, menurut Tere Liye, niscaya orang akan tetap menulis walaupun tidak ada yang membaca sekaligus memberikan komentar terhadap tulisannya. Pada kesempatan itu, Tere Liye juga memberikan beberapa Story Telling kepada para peserta seminar perihal motivasi menulis, "Walaupun tulisan anak tersebut tidak ada yang membaca, namun dia tetap menulis di blognya. Dan pada suatu saat, tulisan anak tersebut dapat menyelamatkan orang lain yang akan melakukan bunuh diri. Itulah yang saya sebut sebagai motivasi tulus," ujarnya saat menyampaikan cerita.
Tak lupa, Tere Liye juga menyampaikan solusi kepada para peserta seminar mengenai kebingungan dalam menentukan tema menulis, "Tulislah apa yang kamu suka, tulislah sesuatu yang ketika kamu melakukannya, kamu melakukan hal tersebut dengan suka cita dan tidak merasa terpaksa. Luangkan niat dari awal, tidak ada orang yang menyelesaikan masalah kalian, kecuali dimulai dari diri kalian sendiri," tutur Tere Liye sebelum mengakhiri sharing dalam seminar tersebut. Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama dan berbagi tanda tangan dari Tere Liye. (Nin/Rag/Humas)

sumber : uinsby.ac.id

INTERNASIONAL OFFICE UINSA AJAK MAHASISWA ASING BELAJAR BUDAYA INDONESIA

UINSA Newsroom, Minggu (29/05/2016); Menetap dan mencari ilmu di negara lain merupakan tantangan tersendiri bagi mahasiswa asing. Terlebih bagi mereka yang memilih Indonesia sebagai destinasi pendidikannya. Tantangan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar semakin bertambah, mengingat Indonesia merupakan negara multikultural, yang memiliki berbagai macam kebudayaaan. Berangkat dari hal tersebut, International Office (IO) yang merupakan pusat layanan bagi mahasiswa asing UIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan Program Pelatihan International Student: Culture, Nature and Team Building Camp dalam rangka memperkenalkan berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia. Program tersebut diadakan di Resort Kaliandra, Jumat-Sabtu, 27-28 Mei 2016. Diikuti sebanyak 130 mahasiswa asing, yang terdiri dari 121 mahasiswa berkebangsaan Malaysia dan 9 mahasiswa dari Thailand.
Diantara rangkaian kegiatan dalam program pelatihan tersebut, seperti: pengenalan wayang suket dan batik tulis sekaligus proses pembuatannya, memainkan gamelan, pembekalan materi dari Dr. H. Jainudin, M.Si, Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai bahasa sebagai alat menyesuaikan diri, pemaparan filosofi nasi tumpeng, unjuk bakat melalui kegiatan talent event, dan ditutup dengan kegiatan rafting.
Dr. H. Jainudin dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahasa merupakan sebuah alat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, “Kalau kalian tinggal di Turki, harus belajar Bahasa Turki. Kalau tinggal di Malaysia, juga harus belajar Bahasa Malaysia. Begitu juga saat kalian tinggal di Indonesia. Agar kalian bisa belajar dan menyesuaikan diri dengan baik,” tuturnya.
Kegiatan ini merupakan yang pertama kalinya diadakan Pusat Layanan IO. Mewakili Ahmad Fathan Aniq, MA., Ketua Pusat Layanan IO yang berhalangan hadir, Istofatillaili Devinta, S.Kom.I menyampaikan, bahwa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar merupakan hal yang sangat penting, “Program pelatihan ini diadakan agar mahasiswa asing UIN Sunan Ampel Surabaya dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka dengan baik,” ucapnya.
 “Semoga untuk mahasiswa asing, khususnya mereka yang tinggal di Jawa Timur, dapat mengerti berbagai macam bahasa dan kebudayaan yang ada disekitarnya, paling tidak, mereka mengetahui,” imbuh Staff IO tersebut.
Selain untuk pusat pelayanan mahasiswa asing, Pusat Layanan IO juga memberikan pelayanan lain, seperti pembelajaran Bahasa Indonesia, pengurusan visa, dan keterangan izin tinggal terbatas (Kitas) mahasiswa asing. Termasuk juga membuka layanan untuk mahasiswa dan dosen Indonesia yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya, dalam hal pembiayaan kepada mereka yang memiliki prestasi untuk ke luar negeri. (Rag/Humas)


sumber : uinsby.ac.id